Sejarah Ringkas Tentang PGI

Pada tanggal 6-13 November 1949 diadakan: ‘Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia.” Seperti diketahui sebelum Perang Dunia II telah diupayakan mendirikan suatu Dewan yang membawahi pekerjaan Zending; namun karena pecahnya PD II maksud tersebut diundur. Setelah PD II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu: “Dewan Permusyawaratan Gereja-gereja di Indonesia, berpusat di Yogyakarta (Mei 1946) ; “Majelis Usaha bersama Gereja-gereja di indonesia bagian Timur”, berpusat di Makasar (9 Maret 1947) dan “Majelis Gereja-gereja bagian Sumatera” (awal tahun 1949), di Medan. Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. Pada tanggal 21-28 Mei 1950 diadakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), bertempat di Sekolah Theologia Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Teologi Jakarta). Hadir dalam konferensi tersebut adalah:
  1. HKBP
  2. GBKP
  3. Gereja Methodist Sumatera
  4. BNKP
  5. Gereja Kalimantan Evengelis
  6. GPIB
  7. Gereformeerde Kerken in Indonesia
  8. GKP
  9. Gereja Kristen Sekitar Muria
  10. Gereja Kristen Jawa Tengah
  11. Gereja Kristen Djawi Wetan
  12. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Barat
  13. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Tengah
  14. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Timur
  15. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jakarta
  16. Gereja Kristen Protestan di Bali
  17. Gereja Kristen Sumba
  18. Gereja Masehi Injili Timur
  19. Gereja Masehi Injili Sangihe & Talaud
  20. Gereja Masehi Injili Minahasa
  21. Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow
  22. GKST
  23. GKTR
  24. GKTM
  25. GKST
  26. GKSS Makassar
  27. GMIH
  28. Gereja Protestan Maluku
  29. Gereja Masehi Injili Irian
  30. Gereja Protestan di Indonesia
Salah satu agenda dalam konferensi tersebut adalah pembahasan tentang Anggaran Dasar DGI. Pada tanggal 25 Mei 1950, Anggaran Dasar DGI disetujui oleh peserta konferensi dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) dalam sebuah “Manifes Pembentoekan DGI”:

“Kami anggota-anggota Konferensi Pembentoekan Dewan Geredja-geredja di Indonesia, mengoemoemkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan geredja-geredja di Indonesia telah diperdirikan, sebagai tempat permoesjawaratan dan oesaha bersama dari Geredja-geredja di Indonesia, seperti termaktoeb dalam Anggaran Dasar Dewan geredja-geredja di indonesia, yang soedah ditetapkan oleh Sidang pada tanggal 25 Mei 1950. Kami pertjaja, bahwa dewan Geredja-geredja di Indonesia adalah karoenia Allah bagi kami di Indonesia sebagai soeatoe tanda keesaan Kristen jang benar menoedjoe pada pembentoekan satoe Geredja di Indonesia menoeroet amanat Jesoes Kristoes, Toehan dan Kepala Geredja, kepada oematNja, oentoek kemoeliaan nama Toehan dalam doenia ini”.

Demikianlah DGI telah menjadi wadah berhimpun Gereja-gereja di Indonesia. Anggotanya pun semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dengan makin berkembangnya jumlah anggota, maka makin menunjukkan semangat kebersamaan untuk menyatu dalam gerakan oikoumene di Indonesia. Dalam wadah PGI, gereja-gereja di Indonesia yang memiliki keragaman latar belakang teologis, denominasi, suku, ras, tradisi budaya dan tradisi gerejawi, tidak lagi dilihat dalam kerangka perbedaan yang memisahkan, melainkan diterima sebagai harta yang berharga dalam memperkaya kehidupan gereja-gereja sebagai Tubuh Kristus. Seiring dengan perkembangan dan semangat kebersamaan itu pulalah yang turut mendasari perubahan nama “Dewan Gereja-gereja di Indonesia” menjadi “Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia” sebagaimana diputuskan pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984. Perubahan nama itu terjadi atas pertimbangan: “bahwa persekutuan lebih bersifat gerejawi dibanding dengan perkataan dewan, sebab dewan lebih mengesankan kepelbagaian dalam kebersamaan antara gereja-gereja anggota, sedangkan persekutuan lebih menunjukkan keterikatan lahir-batin antara gereja-gereja dalam proses menuju keesaan”.
Dengan demikian, pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan merupakan istilah Alkitab yang menyentuh segi eksistensial, internal dan spiritual dari kebersamaan umat Kristiani yang satu. Sesuai dengan pengakuan PGI bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia serta Kepala Gereja, sumber Kebenaran dan Hidup, yang menghimpun dan menumbuhkan gereja sesuai dengan Firman Allah, maka sejak berdirinya PGI, gereja-gereja berkomitmen untuk menyatakan satu gereja yang esa di Indonesia. Keesaan itu ditunjukkan melalui kebersamaan dalam kesaksian dan pelayanan, persekutuan, saling menolong dan membantu. Oleh karena itu PGI tidaklah bermaksud untuk menyeragamkan gereja-gereja di Indonesia, dan PGI juga bukanlah hendak menjadi suatusuper church yang mendominasi gereja-gereja anggota, melainkan keesaan yang dimaksud adalah keesaan dalam tindakan, artinya keesaan yang makin lama makin bertumbuh dan berkembang ketika melakukan kegiatan-kegiatan bersama dalam visi dan misi bersama.
Sampai pada tahun 2009, PGI telah menghimpun 88 gereja anggota dan lebih dari 15 juta anggota jemaat yang tersebar dari Merauke – Sabang dan dari Rote – Talaud. Keanggotaan PGI mewakili 80 persen umat Kristen di Indonesia. Dengan lambang “oikoumene” gereja-gereja anggota PGI optimistis berkarya dan melayani di Indonesia dan dunia. Di samping merekatkan hubungan di antara gereja-gereja anggotanya, PGI juga terpanggil untuk bekerjasama dan membangun kemitraan dengan gereja-gereja dan lembaga oikoumene lainnya, dan antaragama, baik tingkat nasional maupun internasional. Hubungan kemitraan ini dimaksudkan untuk menciptakan kerukunan umat beragama serta kesejahteraan manusia di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. *****


SINODE GKJ
(GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA)

Jl. Dr. Sumardi No. 10 Salatiga - Jawa Tengah


Sejarah Sinode GKJ
Oleh: Sigit Heru Sukoco, M.Th

Siang dan malam, sembilan orang dari kalangan terbawah masyarakat Jawa dengan profesi buruh miskin tukang mbatik yang menjadi pembantu Ny. Van Oostrom Phillips di Banyumas, nekad berjalan kaki dalam rombongan kecil menerabas desa-desa dan pegunungan menuju ke Semarang (sejauh sekitar 300 Km) untuk sekedar mendapatkan tanda babtis dari Zendeling NZG W. Hoezoo pada 10 Oktober 1858 karena pemberian tanda babtis di karesidenan Banyumas oleh zendeling tersebut dilarang oleh pemerintah kolonial setempat. Mereka inilah cikal bakal pertama gereja GKJ; GKJ tumbuh pertama kali di kawasan Banyumas.

Cikal bakal kedua adalah dua orang lelaki dan tiga orang perempuan pekerja miskin batur (pembantu rumah tangga) Ny.Christina Petronella Phillips Stevens di Ambal – Purworejo  yang menerima tanda babtis mereka di Gereja Indische Kerk Purworejo pada 27 Desember 1860.

Dengan demikian harus jujur diakui, bibit kawit dari yang disebut dan menamakan diri Gereja-gereja Kristen Jawa adalah kaum pidak pedarakan lagi pula buta huruf, keluarga para pembantu rumah tangga dan buruh mbatik, anggota masyarakat kelas bawah Boemipoetera jaman kolonial yang paling asor drajade.

Dengan memasukkan para warga Golongane Wong  Kristen “Jowo” kang Merdhiko asuhan Kyai Sadrach Suropranoto yang sangat pantas juga dimasukkan kelompok bibit kawit yang jumlahnya ribuan tersebar di puluhan desa wiwit Segara Lor tekan Segara Kidul, dari kawasan Menoreh, Kedu, Sindoro Sumbing dan Dieng, laladan neng gunung wah neng ngare, gambaran inipun tidak berubah. Mereka juga wong karang perdesan dan wong nggunung  kelas koelie kendho (petani tanpa tanah dan sawah).

Jika kelompok Kristen Simo yang kemudian pindah ke Nyemoh (dekat Bringin Salatiga) binaan Ny.E.J.Le Jolle de Wildt dan Petrus Sadaja (babtis tahun 1855, tiga tahun lebih awal dari kelompok Banyumas) ditambahkan di sini sebagai bibit kawit pun kelas mereka juga tetap sama, kelas rendahan, karena kelompok Simo – Nyemoh inipun berasal dari kaum batur pula, paling jauh termasuk golongan mager sari.

Untuk mengunjungi kebaktian jangan mimpi mereka datang dengan naik andhong berpakaian necis dan beralas kaki. Satu-satunya pilihan yang ada hanyalah  berjalan kaki, lagi pula nyeker, dengan pakaian seadanya ing atase para batur dan petani gurem. Mereka belajar agama Kristen maupun melantunkan kidung pujian hanya bermodalkan apalan, itulah kelebihan mereka sebagai orang buta huruf.

Tumbuhnya kelompok Kristen awal ini segera disusul oleh tumbuhnya kelompok lain hasil pekabaran InjilNederlandche Gereformeerde Zendingvereniging (NGZV)  yang mulai bekerja di Jawa Tengah sejak 1865 di Tegal (Muaratuwa) dan Purbalingga (plus Bobotsari dan Bojong), yang nantinya diambil-alih oleh Zending Gereformeerd Kerken (ZGK) sejak tahun 1896 dan dikembangkan dengan pusat-pusat penginjilan dari kota-kota Purworejo – Temon, Kebumen, Yogyakarta, Surakarta, Banyumas-Purbalingga serta Magelang Temanggung, semuanya di kawasan Jawa Tengah Selatan (Jawa Tengah Utara menjadi ladang pekabaran Injil Salatiga Zending).  Sejak ini muncullah puluhan pepanthan  di sekeliling tiap-tiap pusat penginjilan di luar kelompok yang lama maupun kelompok Wong Kristen Merdhiko. Namun yang jelas, hampir semua warga gereja Jawa ini berlatar belakang petani miskin dan buta aksara. Hanya berkat jasa pelayanan sekolah dan rumah sakit yang diselenggarakan zending, secara lambat namun pasti generasi kedua warga Gereja Jawa bergeser, mereka mulai melek huruf, sebagai akibat pendidikan di sekolah maupun di rumah sakit zending sebagian generasi kedua ini beralih profesi menjadi guru dan perawat serta pegawai berbagai bidang pelayanan masyarakat termasuk di pemerintahan desa. Dari generasi kedua inilah kemudian lahir generasi ketiga warga geraja Jawa  pra dan pasca kemerdekaan yang educated minded, yang dijaman kolonial didorong dan difasilitasi untuk  belajar tidak hanya di Volkschool dan Vervolgschool namun juga di Schakelschool, HIS, MULO, bahkan Kweekschool dan HIK. 

Yang jelas pertumbuhan gereja Jawa (di luar Golongane Wong Kristen “Jowo” kang Merdhiko yang masih belum bergabung dalam asuhan zending), apalagi sejak 1900, sangat ditentukan oleh metoda dan realisasi pekabaran Injl Zending ZGK yang tergelincir kepada kenyataan yang menyebabkan gereja Jawa tumbuh dalam ketergantungan yang akut pada para Pendeta Missi dan zendingnya.

Pendewasaan pepanthan Gereja-gereja Jawa pertama kali terjadi atas gereja Purworejo (4 Pebruari 1900) tak lama kemudian disusul pepanthan Temon.  Namun pendewasaan ini ternyata lebih bersifat pamer kebisaan kepada Golongane Wong Kristen “Jowo” kang Merdhiko pimpinan Kyai Sadrach untuk membuktikan bahwa zending tidak bermaksud lain kecuali mendirikan gereja-gereja Jawa dengan pendeta-pendeta Jawa. Tanpa topangan zending, pendewasaan kedua gereja ini hanyalah ketergesaan semata. Mungkin baru pada pendewasaan kelompok Glonggong - Kebumen (3 Nopember 1911) dan kelompok Gondokusuman Yogyakarta (23 Nopember 1913)  pendewasaan gereja ini agak cukup pantas disebut lebih dapat dipertanggungjawabkan. Baru sesudah berjalan 26 tahun  hanya Gereja Gondokusuman yang pertama kali siap memanggil pendeta atas diri Ds. Ponidi Sopater  pada tahun 1926 dari antara 17 gereja Jawa yang sudah didewasakan oleh zending yaitu Purworejo, Temon, Glonggong, Gondokusuman, Solo, Klaten, Tungkak, Patalan, Candisewu, Magelang, Kesingi, Palihan, Kebumen, Grujugan, Purbalingga, Grendeng dan Adireja.

Gereja-gereja ini menggeliat dibawah pimpinan Guru Injil-Guru Injil didikan Opleiding School van de Helper bij de Dienst Woords (Sekolah bagi Pembantu-pembantu Pada pelayanan Firman Tuhan/Sekolah Guru Injil) Yogyakarta dibantu serta oleh guru-guru sekolah zending dan mantri jururawat rumah sakit dan poliklinik zending. Merekalah para penumbuh dan pemimpin gereja Jawa sesungguhnya, namun di bidang dana dan ajaran ketergantungan gereja-gereja ini pada zending ZGK masih merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Jika pada tanggal 17-18 Februari 1931 gereja-gereja Jawa yang saat itu menamakan diri Pesamoewan Kristen “Gereformeerd” ing Tanah Djawi Tengah sisih Kidoel, yang masing-masing mengelompok dalam 5 klasis bersinode pertama di Kebumen, ini menjadi tonggak pertama persidangan sinode Gereja-gereja Jawa Tengah Selatan untuk disusul dengan sinode-sinode berikutnya, walaupun peran serta para Pendeta Missioner ZGK masih cukup besar untuk menuntun para pemimpin gereja Jawa berjalan menapaki kedewasaannya yang masih rapuh ini.

Kedewasaan Geredja-geredja  Kristen Djawa Tengah Selatan (sebutan yang akhirnya sering dipakai) menemukan kesempatan ketika gereja-gereja Jawa harus berjuang menegakkan kehidupannya sendiri saat para Pendeta Missi ditawan oleh pemerintah pendudukan Jepang sejak 1943 dan hubungan dengan gereja Eropa terputus. Saat ini era kemandirian gereja terlihat akan betul-betul mulai dapat dijalani. Namun ternyata gereja Jawa masih harus bersabar. Walaupun Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah Selatan berhasil menggandeng saudara-saudaranya  seperti Greja Kristen Jawi Wetan, Gereja Kristen Jawa Tengah Utara - Parepatan Agung,  Gereja Kristen Jawa – Sekitar Muria, Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee Jawa Tengah serta Gereja Pasundan Jawa Barat dalam lembaga Dewan Permoesjawaratan Geredja-geredja  Protestant di Indonesia  (DPG di Indonesia) yang dibentuk tahun 1946 di Yogyakarta; dan lewat organisasi ini mereka mencanangkan euforia kemerdekaan dengan tidak mau lagi menerima bekas zending-zendingnya, namun keinginan ini harus mengalami sedikit perubahan. Gereformeerde Kerken in Nederland (GKN) dan Nederlandsch Hervormde Kerk (NHK) yang mewakili gereja pengutus masih menghendaki paling tidak adanya kerjasama dalam pekabaran Injil di Indonesia. Basoeki Probowinoto selaku utusan Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Selatan yang menjadi motor DPG ketika hadir sebagai utusan Gereja Jawa dalam Sinode GKN di Eindhoven tahun 1948 harus bersedia melangkah surut  karena dia diingatkan oleh seniornya (S.U.Zuidema)  bahwa jika gereja-gereja Gereformeerd Belanda tidak lagi diberi peran dalam pekabaran Injil sama saja dengan mematikan mereka karena dalam pengertian mereka tidak ada gereja tanpa pekabaran Injil, yang berarti mereka berhenti sebagai gereja missioner. Terpaksa Gereja Jawa harus menerima konsep bekerjasama dengan bekas zendingnya lewat Regionaal Acccord dan Algemene Accord yang ditandatangi di Belanda tahun 1948. Kerjasama ini berlangsung mulai tahun 1950-an saat Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Selatan disatukan dengan Geredja Kristen Djawa Tengah Utara dalam Sinode Persatuan di Salatiga 5 – 6 Juli 1949, dan sejak itu bernama Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah (GKDT). Akibatnya sampai tahun 1970 kedewasaan gereja Jawa kembali terbelenggu dan dikerdilkan dibawah supremasi kucuran dana dan tenaga dari partner gereja Eropa. Basoeki Probowinoto sadar akan bahaya ini dan untuk itu pada tahun 1955 dia mengusulkan terobosan baru yang terkenal sebagai Nota Probowinoto, namun kenyamanan yang terlanjur dibentuk lewat kucuran dana yang berlimpah itu sulit untuk diubah. Baru sesudah secara tiba-tiba gereja partner ini menyatakan tidak lagi melanjutkan bekerjasama dalam Pekabaran Injil, justru inilah saat gereja Jawa (sejak tahun 1956 berubah nama menjadiGeredja-geredja Kristen Djawa/GKD) mendapat kesempatan menjalani kedewasaannya yang sesungguhnya dan harus dewasa dalam segalanya.

Waktu terus berjalan. Sesudah memproses gereja-gereja Jawa yang tumbuh dan dikembangkan di antara para transmigran di Sumatra (sejak 1936) menjadi Sinode tersendiri dengan nama Gereja-gereja Kristen Sumatra Bagian Selatan – GKSBS, Gereja-gereja  Kristen Jawa  yang tersebar di enam propinsi di pulau Jawa (Banten, DKI-Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur)  kini berkembang pesat, pada tahun 2006 menjadi 283 gereja, berhimpun dalam 30 Klasis, dengan jumlah warga sekitar 230.000 orang, dari segala lapisan masyarakat, baik dari kalangan lapisan rendah seperti petani kecil, buruh pabrik, pedagang candak- kulak, lapisan menengah seperti pegawai, pengusaha maupun wiraswasta sampai dengan lapisan tinggi pengusaha sukses dan  pejabat tinggi negara, tersebar di berbagai tempat, di kota dan di desa, dengan dilayani 281 pendeta jemaat dan 16 pendeta pelayanan khusus.
Bertumbuhlah GKJ. Biar pelan asal pasti. Tanah garapan masih terbentang luas.

Kepustakaan:
1.     Hadi Purnomo, M.Suprihadi Sastrosupono (ed), Gereja-gereja Kristen Jawa - Benih Yang Tumbuh dan Berkembang di Tanah Jawa, Taman Pustaka Kristen (TPK) Yogyakarta, 1988.
2.     Ph. Quarles van Ufford, “Zending Gereformeerd di Jawa Tengah: Ortodoksi dan Konskwensi-koskwensinya. Dua kasus kristis dalam tahun 1896 dan 1970”, Majalah Peninjau PGI Th.XI, 1+2, 1984.
3.     Rullmann Sr, J.A.C., Ds, Zending Gereformeerd di Djawa Tengah, Zendingscentrum Geredja-geredja Gereformeerd, Baarn.
4.     Wolterbeek, J.D., Babad Zending ing Tanah Djawi.

SINODE GKJ
(GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA)

Jl. Dr. Sumardi No. 10 Salatiga - Jawa Tengah


BAPELKLAS JAKARTA BAG. TIMUR
d.a. GKJ Jakarta
Jl. Balai Pustaka Timur No. 1,
Rawamangun, JAKARTA TIMUR 13220
Telp. (021) 4893435, Fax 021 71275197
Email:
klasisjbt@gkj.or.id

GKJ JAKARTA
Jl. Balai Pustaka Timur no. 1
Rawamangun, JAKARTA - 13220
Telp.: (021) 4893435, Fax. (021) 4752162
Nama Pendeta :
Pdt. Ir. Yoel M. Indrasmoro, S.Th.
Pdt. Neny Suprihartati, M.Th.
Pdt. Hosea Sudarno, S.Th

GKJ TANJUNGPRIOK
Jl. Cilincing Raya No. 50,
Cilincing, JAKARTA - 14120
Telp.: (021) 4400459
Nama Pendeta :
Pdt. A. Untung Wiyono, S.Th, D.Min.
Pdt. Wisnu Tri Handayani, S.SI.

GKJ PANGKALANJATI
Jl. Harapan Jaya no. 18,
RT 003 RW 012, Kelurahan Cipinang Melayu
JAKARTA TIMUR - 13620
Telp.: (021) 8629366, Fax. (021) 85510969
Nama Pendeta : Pdt. Aris Widaryanto, S.Th, M.Min

GKJ BEKASI
Jl. Jatiluhur Raya RT. 001/RW. 013
Kompl. Pengairan, Kel. Jakasampurna
Kec. Bekasi Selatan, KOTIF BEKASI
Telp.: (021) 8840760, Fax. (021) 88964675
Nama Pendeta :
Pdt. Oktavianus Heri PN, S.si.
Pdt. Kartika Astuti, S.Si.

GKJ PONDOK GEDE
d.a. Jl. Rambutan,
Gang Peka RT 03 RW 02, Dusun I, Kampung Sawah,
Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati
BEKASI – JABAR - 17414
Telp/Fax: (021) 84596862, Telp: (021) 70330522
Nama Pendeta : Pdt. Samuel Silo Samekto, S.Th

GKJ "GANDARIA "
Komplek YONIF 201, Jaya Yudha
Jl. Raya Bogor Km. 20
Gandaria, JAKARTA TIMUR
Telp. (021) 8717876, Fax. (021) 8718357
Nama Pendeta : Pdt. Didik Christian A.C, S.Si.

GKJ BOGOR
Jl. Pajaran
Komplek Pulau Armin Blok A No.4
BOGOR 16143
Telp. (0251) 360334
Nama Pendeta : Pdt. Setyo Budi Purwanto, S.Th

KLASIS JAKARTA BAGIAN BARAT
d.a. GKJ Eben Haezer
Jl. Palapa Raya no. 5
Pasar Minggu, JAKARTA – 12520
Telp.: (021) 7805083, Fax. (021) 78845165

GKJ NEHEMIA
Jl. Raya Pasar Jumat
Pondok Indah
JAKARTA SELATAN - 12310
Telp.: (021) 7691116, Fax.: (021) 7662507
Nama Pendeta :
Pdt.S. Bambang Haryanto, S.Th, M.Min.
Pdt. Agus Hendratmo, S.Si.
Pdt. Lusindo YL. Tobing, S.Th.

GKJ EBEN-HAEZER
Jl. Palapa Raya No. 5
Pasar Minggu, JAKARTA - 12520
Telp.: (021) 7805083, Fax. (021) 78845165
Nama Pendeta :
Pdt. Djoko Sulistyo, S.Th., M.Min.
Pdt. Rudy Ariyanto, S.Th.

GKJ JOGLO
Taman Alfa Indah Blok A.9, Joglo
JAKARTA BARAT - 11640
Telp.: (021) 5842043
Nama Pendeta : Pdt. Nugroho Adhi, M.Th.

GKJ TANGERANG
Jl. Jend. Sudirman no. 50,
TANGERANG - 15118
Telp.: (021) 5545016
Nama Pendeta : Pdt. Pramudianto, S.E, S.Th, M.Min.

GKJ DEPOK
Jl. Nakula Raya no. 1,
Depok II Tengah
DEPOK - 16411.
Telp.: (021) 7701557
Nama Pendeta : Pdt. Indri Jatmoko, S.Th.

GKJ "YEREMIA" DEPOK
Jl. Melati Raya no. 1.A
DEPOK JAYA - 16432
Telp.: (021) 7522589
Nama Pendeta : Pdt. Eddyson S.W.N., S.Th., M.Min.

GKJ GROGOL
Komplek Rasa Sayang
Blok HH No. 1, Kel. Wijaya Kusuma
JAKARTA BARAT
Telp. 021 5659044
Nama Pendeta : Pdt. Wurihanto Ahdnoyo Adi, S.Th

GKJ PAMULANG
Jl. Siliwangi No. 7, Pamulang, Ciputat
TANGERANG - BANTEN – 15417
Telp. 021 7413873

GKJ KANAAN
Jl. Elang II Blok B No. 14 A
Perumahan Pinangriya
Cileduk, TANGERANG
Telp. 021 7301639

BAPELKLAS CITANDUY
Jl. Jend. Sudirman no. 181
Sidareja, CILACAP - 53261.
Telp. (0282) 5231951

GKJ BANDUNG
Jl. Merdeka no. 28
BANDUNG - 40117
Telp. (022) 4203106, Fax. (022) 5406519
Nama Pendeta : Windu P. Hadisasono, M.Th.

GKJ “SIH RAHMAT ” WANAREJA
Jl. Gatot Subroto no. 107, WANAREJA – 53265
HP: 320522407
Nama Pendeta : Pdt. Eko Priyono, S.Th

GKJ KAWUNGATEN
Jalan Gereja Karangbawang
Kawunganten, CILACAP – 53253
Telp. (0282) 611139
Nama Pendeta : Pdt. Handono PW, S.Th.

GKJ KIARACONDONG
Jl. Stasiun Kiaracondong 99/134 B, BANDUNG - 40284
Telp.: (022) 7305127
Nama Pendeta : Pdt. Bambang Pratomo, S.Th.

GKJ MAJENANG
Jl. K.H. Ahmad Dahlan no. 34,
MAJENANG, CILACAP - 53257.
Telp.: (0280) 621291
Nama Pendeta : Pdt. Justin Niaga Simanjuntak, S.Si

GKJ WARINGINSARI
Desa Waringinsari, Kec. Langensari
Banjar, KAB. CIAMIS - 46342
Telp.: (0265) 742869

GKJ SIDAREJA
Jl. Jend. Sudirman no. 181
SIDAREJA, CILACAP - 53261
Telp.: (0280) 524223
Nama Pendeta : Pdt. Handono PW, S.Th.

GKJ “HOSIANA” PATIMUAN
Jl. Gereja no. 4
Purwodadi – Patimuan
CILACAP – 53264

GKJ GANDRUNGMANGU
Jl. Jend. A. Yani
Gandrungmanis RT.07 / RW.02
Kec. Gandrungmangu, Kab. CILACAP – 53254

GKJ BANDUNG BARAT
Jl. Pesantren, Komplek Taman Bumi Prima Blok O No. 4,
Cibabat, CIMAHI - 40513
Telp./Fax (022) 6611656
Email : gkjbandungbarat@gmail.com

BAPELKLAS BANYUMAS SELATAN
Jl. Dr. Wahidin no. 38
Cilacap 53212

GKJ KROYA
Jl. Bhayangkara 02
Karangmangu, Kroya, CILACAP - 53282
Telp.(0282) 494244
Nama Pendeta : Pdt. Damar Kinandi Putera, S.Si.

GKJ ADIREJA
Jl. Gereja no. 196
ADIPALA, CILACAP - 53271.
HP. 08156802154
Nama Pendeta : Pdt. Yohanes Sukardi

GKJ CILACAP
Jl. Dr. Wahidin no. 36-38, CILACAP 53212
Telp. (0282) 533327
Nama Pendeta : Pdt. Yosafat Ari Wibowo, S.Si.

GKJ BANGKAL
Majingklak RT.01 / RW.I
Desa Bangkal, Kec. Binangun, KAB. CILACAP – 53282
Nama Pendeta : Pdt. Drs. Joko Heri Kristanto

GKJ KARANGGEDANG
JL. Tentara Pelajar
Karanggedang, Sumpyuh, BANYUMAS - 53195
HP. 081328716748
Nama Pendeta : Pdt. Taswan, S.Th.

GKJ CILACAP UTARA
Jl. Dr. Cipto No. 52
RT 01/RW 16 Gumilir, CILACAP UTARA - 53231
Telp.: (0282) 541930

GKJ BANGSA
Jl. Raya Sampang-Buntu KM 1,4
P.O. Box 02, Banga-Kebasen
BANYUMAS

BAPELKLAS BANYUMAS UTARA
Jl. Mardikenya no. 2
PURWOKERTO - 53116.
Telp.: (0281) 636133

GKJ GETSEMANE KERTAYASA
Pastori Kertayasa
Kec, Mandiraja, BANJARNEGARA – 53473
Nama Pendeta : Pdt. Drs. Wagimin

GKJ PURWOKERTO
Jl. Bhayangkara no. 5, PURWOKERTO - 5311
Telp.(0281) 637888
Nama Pendeta :
Pdt. Daniel Agus Haryanto, S.Th., M.Min.
Pdt. Maria Puspitasari, S.SI.

GKJ PURBALINGGA
Jl. Jend. Sudirman no. 180,
PURBALINGGA (BANYUMAS) 53317
Telp.: (0281) 891313
Nama Pendeta :
Pdt. Rudiarto Budi Prasetyo, S.Th.
Pdt.Slamet Waluyo, S.Si.

GKJ KLAMPOK
Jl. Raya no. 44,
Klampok, Pos Klampok, BANJARNEGARA - 53474
Telp.: (0286) 479245
Nama Pendeta :
Pdt. David Widiprasetya, Sm.Th.

GKJ PENGALUSAN
Jl. Katel Klawu RT 05 RW 03
Pengalusan, Purbalingga, Banyumas Utara.
Nama Pendeta : Pdt. Bagus Imam Tjahjono, S.Th.

GKJ SOKARAJA
Jl. Budi Utomo 13/V, Sokaraja,
PURWOKERTO - 53181.
Telp.: (0281) 692275
Nama Pendeta : Pdt. Iwan Setiawan, S.Si.

GKJ ARCAWINANGUN
Jl. Gereja no. 351, Arcawinangun,
PURWOKERTO - 53113
Telp.: (0281) 638764
Nama Pendeta : Pdt. Sukarmo, S.Si.

GKJ BANJARNEGARA
Jl. Jend. Sudirman no. 13
BANJARNEGARA - 53415
Telp. (0286) 591286

GKJ BANYUMAS
d.a. SMP Kristen Banyumas
Jl. Onderan no. 202
BANYUMAS – 53192
Hp 08156977445
Nama Pendeta : Pdt. Arief Hari Waskitha, S.Si.

GKJ PURWOKERTO BARAT
Jl. KS Tubun No. 13
PURWOKERTO - 53133
Telp.: (0281) 640302
Nama Pendeta : Pdt. Elya Budiraharjo, S.Si.

GKJ PENARUBAN
Jl. Mustari RT 01 RW 08
Desa Penaruban, Kec. Kaligondang
PURBALINGGA - 53391
Telp. 0281 895 633
Nama Pendeta : Pdt. Tri Agus Fajar Winantyo, S.Si.